BTemplates.com

Pages

Senin, 03 Desember 2018


SISTEM PERTANIAN ORGANIK BERBASIS WEB
ROSSITASARI-522017059

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Sistem pertanian organik adalah mengindari penggunaan sarana pertanian yang berbahan kimia aktif, dan mengguanakan sarana pertanian baik pupuk ataupu pestisida dari organik. Secara garis besar penerapan Sistem pertanian organik adalah:
1. Menggunakan bahan organik untuk kesehatan tanaman.
2. Tidak menggunakan bahan kimia dalam sarana produksi pertanian
Namun menurut beberapa data yang ada, pertanian diindonesia masih sedikit yang menggunakan pertanian organik, kebanyakan petani masih melakukan sistem pertanian konvensional, ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan tentang sistem pertanian organik. Meskipun pemerintah sudah mulai melaksanakan sistem pertanian berkelanjutan yang tujuannya adalah pertanian organik yang memperhatikan aspek kelestarian alam namun program ini belum sepenuhnya terserap oleh petani indonesia. 
Dari segi hasil pertanian indonesia pun demikian, hasil produksi pertanian organik diindonesia masih sedikit dibandingkan dengan hasil yang anorgnik, misalnya dari hasil perkebunan di Indonesia, masih sedikit perkebunan yang menggunakan sistem pertanian organik, sehingga hasil produksinya pun masih sedikit, yang mulai terus berkembang adalah tanaman pangan organik dan hortikultura, meskipun ada beberapa hasil dari pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang belum tersertifikasi organik, namun dari penerapan sistem pertanian sudah menggunakan sistem pertanian organik yang diharapkan kedepannya meningkatkan kualitas produksi menjadi benar-benar organik dan juga meningkatkan hasil produksi dari segi kuantitas. 
Metode yang digunakan dalam Rancang bangun sistem Informasi Pertanian Organik Berbasis Web ini mengacu pada 5 tahapan pengembangan sistem yang lebih sering disebut SystemDevelopment Life Cycle (SDLC). Kelima tahapan tersebut adalah : investigasi, analisis, desain, implementasi, dan pemeliharaan.
Sistem Informasi Pertanian Organik yang telah dibangun adalah aplikasi berbasis web dan dapat berjalan pada berbagai operating system diantaranya windows dan linux yang telah diinstal web server. Sistem web berbasis web ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP yang merupakan bahasa pemrograman berbasis opensource. DBMS (database management system)yang digunakan dalam penelitian ini adalah MySQL yang berlisensi GPL (General Public Lisence) sehingga tidak membutuhkan biaya besar untuk mengaplikasikannya.
Sistem dibangun dengan konsep Content Management System (CMS) sehingga memungkinkan pengelolaan konten dilakukan dengan sistem multi user, sehingga menjamin keterkinian data dan informasi. User diberi hak akses berbeda-beda, sesuai dengan level aksesnya. Level akses dibedakan menjadi 5 level akses yaitu user, super administrator, administrator, editor, dan produsen. Pengguna yang terdaftar dengan level akses User dapat melihat seluruh halaman website kecuali halaman backend. Level akses lainnya dapat melakukan magamen konten pada halaman backend dengan hak akses berbeda-beda.

Sumber :
Abdurahman, A., N. Suharta, D. Santoso, dan A.B. Siswanto. 2002. Potensi Lahan untuk Pertanian Organik Berdasarkan Peta Pewilayahan Komoditas di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Hlm 91-98.
BSN. 2002. Sistem Pangan Organik. SI 01-6729-2002. Badan Standarisasi  Nasional.
Dimyati, A. 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura Organik. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Jakarta. Hlm 109 –128.

Referesi Jurnal Lihat Disini
Alasan Pengangkatan Tema Klik Disini



Minggu, 02 Desember 2018

ALAT PERTANIAN TRADISIONAL ANI-ANI


1.1      Pengertian
Ani-ani atau ketam merupakan salah satu peralatan tradisional di bidang pertanian terutama di daerah Jawa dan Sunda yang digunakan untuk memanen padi.
Ani-ani terbuat dari bambu diameter 10-20 mm, panjang ±10 cm dan pisau baja dengan ketebalan 1,5-3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi (Karyono, 2017).
Gambar Ani-ani
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada saat memanen atau memotong padi masyarakat adat tradisional Sunda dan Jawa tidak membenarkan atau melarang memanen padi menggunakan golok atau arit. Menurut masyarakat tradisional Sunda yang masih kukuh memangku adat dalam memanen padi mereka percaya bahwa dewi padi Sari Pohaci Sanghyang Sri  berjiwa halus dan lembut sehingga sangat ketakutan apabila melihat arit atau golok.
Selain itu juga  ada kepercayaan bahwa padi yang akan dipanen, merupakan perwujudan sang dewi, harus diperlakukan dengan hormat dan lembut dipotong satu persatu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja. Sampai sekarang tradisi kepercayaan itu masih banyak diamalkan oleh sebagian kalangan masyarakat Sunda dan Jawa pada umumnya, misalnya upacara tradisional panen padi masyarakat Sunda yang disebut Seren Tahun.
Di Desa Watuagung sudah sangat jarang digunakan, karena masyarakat sekarang sudah mulai meninggalkan mitos yang dianggap kurang masuk akal. Untuk penggunaan ani-ani biasanya hanya untuk menuai Padi Ketan Jawa yang bentuk tanamanya tinggi sehingga sulit jika memakai sabit. Misalkan memakai sabit pada waktu perontokan biji padinya menjadi susah karena batang padi yang dipotong terlalu panjang.

1.2      Manfaat Penggunaan Ani-ani
Berdasarkan wawancara dengan Bp. Judari salah satu warga Desa Watuagung yang cukup mengerti pertaniaan, Ani-ani sebenarnya tidak ada manfaat yang spesifik dalam meningkatkan hasil panen maupun hal lain. Tujuan utamanya adalah untuk menghargai Dewi Sri yang diibaratkan padi. Manfaat dari penggunaan ani-ani sendiri hanya terletak pada kemudahan memilah padi siap panen dengan padi yang masih muda. Karena tidak semua batang padi ikut dipotong tetapi dalam penggunaaan ani-ani, batang dipotong satu persatu tidak seperti pemanenan menggunakan sabit yang langsung banyak. Jadi, memudahkan memilah padi yang sudah siap panen dan yang masih muda.

Gambar Wawancara dengan Bp. Judari
Sumber: Dokumentasi Pribadi

1.3      Cara Pakai  
Cara pakai dari ani-ani tidak jauh beda dengan menggunakan alat pemotong lainya, yaitu dengan menekan mata pisau pada ani-ani, kemudian menempatkan batang padi yang akan dipotong diantara jari telunjuk dan jari manis. Setelah itu, tarik batang padi tersebut sampai terpotong.

1.4      Bagian-bagian Ani-ani dan Kapasitas Pemanenan
Alat panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman yang juga tempat meletaknya pisau.
Kapasitas kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orangjam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148 orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1 jam untuk memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan gabah dilapang diperkirakan berkisar antara 8 sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau karena pencucianpencucian dan terinjak-injak ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai, sedangkan dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.
1.5      Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan dalam menggunakan ani-ani yaitu padi yang masih muda dan belum siap dipanen bisa dipilah dan ditinggalkan disawah, dan dipanen setelah siap. Kelebihan lain untuk jenis padi ketan yang tanamannya tinggi, penggunaan ani-ani akan mempermudah saat perontokan biji padi. Kemudian harga ani-ani juga sangat murah, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli alat ini.
Sedangkan kelemahanya yaitu memakan waktu yang cukup lama karena dipotong satu persatu, jika padi yang dipanen banyak dan sudah tua semua butuh banyak tenaga kerja.



DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, Roosganda. 2007.“Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani: Ke Arah Keberpihakan Pada Masyarakat Petani Di Pedesaan Yang Terpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi Kerakyatan”. Dimuat dalam Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 29 – 42.
Karyono, Yono. 2017. Cara Pemanenan Padi Dengan Ani-ani. http://www.mangyono.com. Diakses online pada tanggal 8 Agustus 2018.
Maqqassary, Ardi. 2017. “Sosiologi Menurut Para Ahli”. Dimuat dalam e-jurnal. http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli.html. Diakses Online pada tanggal 8 Agustus 2018.
Pratiwi, Lestari Eka. 2016. “Modernisasi Pertanian Dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Diy Tahun 1968-1984”. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Yogyakarta.
Sartono. 2007. Gadis Pemetik Padi 1935. Jakarta: Tembi News.


JURNAL REFERENSI PENULISAN LIHAT DISINI
ALASAN PENGANGKATAN TEMA KLIK DISINI



Selasa, 06 November 2018

USAHATANI KENTANG DENGAN TEKNIK KONSERVASI TERAS BANGKU DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH (POTATO FARMING USING BENCH TERRACE TECHNIQUE AT DIENG HIGHLAND WONOSOBO REGENCY CENTRAL JAVA)

 Oleh: Kusmantoro Edy S. Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soe dirman Jl. dr. Suparno, Grendeng, Purwokerto 53122 (Diterima: 8 Maret 2010, disetujui: 27 Desember 2010)

sumber : https://www.google.co.id/search?q=jurnal+pertanian+di+daerah+dieng&safe=strict&rlz=1C1AOHY_enID822ID822&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiPgtmIlsHeAhVJU30KHdC2ARgQ_AUIDygC&biw=1280&bih=933#imgrc=mWOjqh0GdS9T4M:

ABSTRACT The aims of this research were to 1) compare the potato farming productivity applying bench terrace technique of both A and B types, 2) know the effect of factors influencing the productivity and efficiency of the technique, and 3) analyze financially farmer cost and benefit of the farming. The research was conducted in Dieng Highland, Wonosobo Regrency. The primary data were taken from potato farmer in Kejajar Sub district, Wonosobo Regency, by Proportionate Stratified Random Sampling consisted of three village samples and 203 respondents. The secondary data (supporting data) were taken from related institution. Result of the research showed that the use of seeds, labors, chemical and organic fertilizers, and pesticide in the farming applying the technique of A type was higher than B type. The highest potato production was yielded in the technique of A type at three planting seasons. The factors influencing the productivity were land area, seeds, labors, chemical and organic fertilizers, pesticide cost, farmers’ age, the farming duration, the house hold members, and farmer’s education. The farming using the technique strengthened by stones was more effisience than the technique without stones. The highest benefit of the farming was found in the wet season at the land using conservation technique of A type terrace. The highest cost production was found in the wet season at the land using conservation technique of A type terrace. The potato farming in Dieng Highland was financially profitable. Key words: Dieng Plateau, efficiency, productivity
PENDAHULUAN
hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan Permasalahan usahatani tanaman ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang semusim di lahan kering yang berlereng sangat beragam, umumnya berlereng dengan kondisi beragam, sehingga jika tidak dikelola dengan kemantapan lahan yang labil (peka terhadap baik akan mengganggu keseimbangan ling- erosi) terutama bila pengelolaannya tidak kungan hidup. Gangguan tersebut antara lain memperhatikan kaidah konservasi tanah. (a) terjadinya erosi tanah dan air, (b) menurun- Usaha pertanian lahan kering dapat dibagi nya tingkat kesuburan lahan, (c) penurunan dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan produktivitas lahan, (d) terjadinya bencana kering berbasis palawija (tegalan), lahan alam seperti banjir dan tanah longsor, dan (e) kering berbasis sayuran (dataran tinggi), dan terjadinya pendangkalan sungai, yang menga- pekarangan (Setiawan, 2008). kibatkan umur guna waduk menjadi berkurang. Peningkatan produksi bahan pangan Lahan kering adalah lahan yang dapat nasional berjalan relatif lambat dibandingkan digunakan untuk usaha pertanian dengan dengan permintaannya karena adanya berbagai menggunakan air secara terbatas dan biasanya kendala yang sulit diatasi, seperti konversi Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127 116 lahan sawah, persaingan dalam penggunaan maka usahatani kentang dimungkinkan memair, banjir, dan longsor. Salah satu peluang punyai risiko produksi dan risiko pendapatan. yang cukup besar tetapi sering terabaikan Hal ini karena dengan terjadinya erosi, akan adalah pemanfaatan lahan kering yang tersedia menyebabkan kesuburan tanah menurun, yang cukup luas dan secara teknis sesuai untuk mengakibatan produktivitas lahan menurun. pertanian. Lahan berpotensi tersebut akan Demikian juga tindakan konservasi pada mampu menghasilkan bahan pangan yang usahatani kentang akan menimbulkan risiko, cukup bila dikelola dengan menggunakan tek- yaitu biaya dan pendapatan, karena dengan nologi yang efektif dan strategi pengembangan adanya tindakan konservasi, petani akan yang tepat (Abdulrahman et al., 2008). mengeluarkan biaya tambahan di luar biaya Berdasarkan prinsip konservasi lahan, produksi. Pertambahan biaya menyebabkan lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak pendapatan juga akan berkurang, jika tidak dibenarkan untuk usahatani tanaman pangan disertai peningkatan produktivitas lahan. (tanaman semusim). Akan tetapi, petani tidak Bertolak dari latar belakang dan mempunyai pilihan lain, sehingga mengguna- perumusan masalah, maka secara umum kan lahan tersebut untuk usahatani tanaman permasalahan penelitian ini adalah 1) apakah pangan (Triastono, 2006). Mahfudz (2001) terdapat perbedaan produktivitas serta pendaberpendapat bahwa usahatani tanaman pangan patan antara petani yang menerapkan teknologi pada lahan tersebut dapat dianjurkan, tetapi konservasi teras bangku yang diperkuat batu perlu diikuti dengan upaya konservasi lahan. (tipe A) dan tanpa diperkuat batu (tipe B) dan Pada kenyataannya, partisipasi petani di 2) seberapa besar pengaruh penggunaan faktor Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu produksi terhadap risiko produksi. Berdasardalam melaksanakan kegiatan konservasi lahan kan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan masih rendah. Salah satu faktor yang untuk 1) membandingkan produktivitas menyebabkan rendahnya kemampuan petani usahatani kentang yang menerapkan teknologi tersebut adalah rata-rata pendapatan petani teras bangku tipe A dan tipe B, 2) mengetahui umumnya masih rendah sebagai akibat dari faktor yang memengaruhi produktivitas dan sempitnya luas lahan garapan (Pakpahan dan keefisienan teknik usahatani kentang, dan 3) Syafa’at, 1991). menganalisis biaya dan pendapatan petani dari Dataran Tinggi Dieng mempunyai usahatani kentang secara finansial. ketinggian antara 1.200 sampai 2.100 meter di atas permukaan laut (dpl), yang banyak
METODE PENELITIAN
dibudidayakan tanaman kentang, dengan freku- Penelitian di lakukan di Dataran Tinggi ensi tanam kentang dua sampai tiga kali dalam Dieng Kabupaten Wonosobo dengan metode satu tahun. Tanaman kentang dibudidayakan pengambilan sampel Proportionate Stratified secara monokultur, sehingga sering menyebab- Random Sampling. Penelitian dilakukan kan terjadinya erosi di daerah tersebut. menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu Semakin tinggi wilayah usahatani, semakin suatu metode penelitian yang memusatkan besar risiko terjadinya erosi tanah dan air. perhatian pada pemecahan masalah yang Apabila ditinjau dari terjadinya erosi terjadi pada masa sekarang, sedangkan pada usahatani kentang di lahan berlereng, masalah yang dipecahkan adalah masalah yang Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.) 117 Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127 aktual (Nasir, 1988; Suryabrata, 1998). n = jumlah petani sampel yang menerapkan 2 teknologi konservasi teras bangku tipe Jumlah petani sampel dihitung berdaB. sarkan rumus (Parel and de Guzman, 1973): S = devisasi standar produktivitas usahatani 1 kentang pada lahan dengan teknologi konservasi teras bangku tipe A. S = devisasi standar produktivitas usahatani 2 kentang pada lahan dengan teknologi Jumlah petani sampel pada tiap strata konservasi teras bangku tipe B. dihitung dengan rumus: Formula hipotesis: H0 : µ£Âµ , artinya produktivitas usahatani 1 2 kentang dengan penerapan teknologi konservasi teras bangku tipe A lebih Keterangan: n = Jumlah petani sampel, nh = kecil atau sama dengan tipe B. Jumlah petani sampel dalam tiap strata, N = Ha : µ >µ , artinya produktivitas usahatani 1 2 Jumlah Populasi, Nh = Jumlah satuan elementer dalam tiap strata, sh = Standar kentang dengan penerapan teknologi deviasi dari strata ke-h, z = variabel normal konservasi teras bangku tipe A lebih (2), dan X = produksi kentang per hektar. i besar dari tipe B. Hasil perhitungan dengan metode Apabila nilai t hitung > t tabel pada tersebut di atas diperoleh tiga desa sampel, tingkat kesalahan 95%, maka produktivitas yaitu Desa Patak Banteng, Setieng, dan usahatani kentang pada petani yang menerapKejajar, dan dari ketiga desa tersebut diperoleh kan teknologi konservasi teras bangku tipe A petani sampel sebanyak 203 responden, terdiri lebih tinggi dari tipe B. atas 61 petani kentang yang berusahatani pada Tujuan kedua dijawab dengan rumus lahan teras bangku tipe A dan 142 petani (Debertin, 1986): kentang yang berusahatani pada lahan teras ln Y = lna+ alnBENIH + alnTK + 0 1 2 bangku tipe B. alnPANORG + alnPORG + alnBPES + 3 4 5 Tujuan pertama dan kedua tentang alnKEMLHN + alnLUT + alnUMUR + 6 7 8 perbedaan produktivitas dijawab dengan mengalnPEDKAN + alnTKEL + alnLLHN 9 10 11 gunakan rumus: + ß1 DM1 + ß2 DM2 + ß3 KNSV + e Keterangan: Y = produktivitas (kg/ha) TK = tenaga kerja manusia (HOK/ha) Keterangan: BENIH = benih (kg/ha) X = rata-rata produktivitas usahatani kentang PANORG = pupuk anorganik (kg/ha) 1 pada lahan dengan teknologi konservasi BPEST = biaya pestisida (Rp/ha) teras bangku tipe A. KEMLHN= kemiringan lahan (%) X = rata-rata produktivitas usahatani kentang PEDKAN = pendidikan formal petani (tahun) 2 pada UMUR = umur (tahun) lahan dengan teknologi konservasi TKEL = tanggungan keluarga (jiwa) teras bangku tipe B. n = LLHAN = luas lahan (ha) jumlah petani sampel yang menerapkan 1 DMK I = dummy musim tanam 1 (MK I) teknologi konservasi teras bangku tipe A. DMK I = 1, untuk musim tanam 1 (MK I) 1 ( ) 2 2=Ã¥Xi n--X sh =-Ã¥-2 1 2 2 2 2 ( ) 1 1 X X n S i nh = . Nh.n N =-Ã¥-2 1 1 1 2 1 ( ) 1 1 X X n S i 118 DMK I = 0, untuk musim tanam lainnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
DMK II = jika musim tanam lainnya Perbedaan Produktivitas Tanaman Kentang DMK II = 1, untuk musim tanam 2 (MK II) antara Teknik Konservasi Teras Bangku Musim Hujan (MH) sebagai kontrol Tipe A dan Tipe B DKOnsv = dummy tipe konservasi Hasil perhitungan produktivitas dari DKOnsv = 1, untuk teknologi konservasi usahatani kentang pada lahan usahatani yang teras bangku tipe A DKOnsv = 0, untuk teknologi konservasi menerapkan teknologi konservasi teras bangku a teras bangku tipe B tipe A dan tipe B dan berdasarkan musim 0 = konstanta a tanam tersaji pada Tabel 1. 1,a2,...a11 = koefisien regresi variabel Hasil analisis dapat diinterpretasikan independen ß1,ß2,ß3 = koefisien regresi dummy variabel bahwa penggunaan benih, tenaga kerja, pupuk = disturbance term (kesalahan anorganik, pupuk organik, dan pestisida pada pengganggu) usahatani kentang yang menerapkan teknologi konservasi teras bangku tipe A lebih tinggi Fungsi produksi Cobb Douglass yang daripada yang menerapkan tipe B pada ketiga digunakan untuk menduga pengaruh penggunamusim. Produktivitas tertinggi juga tercapai an input terhadap produktivitas kentang dianapada usahatani kentang dengan teknologi lisis dengan metode Ordinary Least Square konservasi teras bangku tipe A, pada ketiga (OLS). Pengujian model analisis metode OLS musim. Terjadinya perbedaan penggunaan dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) faktor produksi dan produktivitas ada pengujian asumsi klasik dan (2) pengujian kemungkinan disebabkan sebagian petani yang kesesuaian model (Gujarati, 2003; Green, berusahatani pada lahan dengan teknologi 2003). Pengujian terhadap asumsi klasik: a) uji konservasi teras bangku tipe A merupakan pe- kenormalan (Jarque-Bera test), b) uji kemultitani penyewa penggarap (48%). Produktivitas kolinearan (analisis korelasi antarvariabel tanaman kentang pada lahan dengan teknologi independen), dan c) uji keheteroskedastisan konservasi teras bangku tipe A lebih tinggi (metode White dan WLS) (Just and Pope, disebabkan antara lain tingkat erosi tanah lebih 1979). rendah dari lahan dengan teknologi konservasi Tujuan ketiga dijawab rumus sebagai teras bangku tipe B, karena kemampuan berikut (Kadariah, 2000). menahan laju air tanah lebih baik dari teknologi konservasi teras bangku tipe B. Oleh karena itu, kondisi kesuburan tanah pada lahan Keterangan: B = Benefit (manfaat) = jumlah penerimaan usahatani kentang dan C = Cost dengan teknologi konservasi teras bangku tipe (biaya) = jumlah semua biaya produksi = A lebih baik dari tipe B. biaya variabel usahatani kentang (biaya benih, Faktor yang diperkirakan memengaruhi pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, produksi kentang adalah luas lahan, benih, tenaga kerja luar keluarga dan biaya lainnya) + biaya tetap (biaya sewa lahan dan biaya tenaga kerja, pupuk anorganik, pupuk organik, pajak tanah) + bunga modal + biaya tenaga biaya pestisida, umur, lama usahatani, kerja dalam keluarga. Apabila nilai BCR > 1, tanggungan keluarga, pendidikan petani, dan maka usahatani tersebut layak untuk kemiringan lahan. Identifikasi pengaruh diusahakan . masing-masing faktor produksi terhadap B = —B C Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.) 119 Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127 Teknologi konservasi teras bangku tipe A Teknologi konservasi teras bangku tipe B t-hitung MK I (n=61) (n=142) 1 Benih (Kg) 1.950,92 1.508,12 114,06** 2 Tenaga Kerja luar keluarga (HOK) 323,00 268,00 44,20** 3 Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) 138,00 115,00 18,26** 4 Pupuk Anorganik (Kg) 1.144,67 804,35 72,93** 5 Pupuk Organik (Kg) 18.074,85 12.764,49 66,97** 6 Pestisida Padat (Kg) 48,70 40,16 15,29** 7 Pestisida Cair (Kg) 11,86 10,09 16,72** 8 Produktivitas (Kg) 17.455,07 15.944,38 40,08** MK II (n=61) (n=142) 1 Benih (Kg) 1.990,75 1.508,12 61,94** 2 Kerja luar keluarga (HOK) 351,00 264,00 44,20** 3 Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) 150,00 113,00 62,58** 4 Pupuk Anorganik (Kg) 1.266,19 812,99 46,10** 5 Pupuk Organik (Kg) 19.668,30 13.883,83 60,53** 6 Pestisida Padat (Kg) 59,58 42,90 43,06** 7 Pestisida Cair (Kg) 10,86 11,51 6,38** 8 Produktivitas (Kg) 16.497,80 15.699,50 26,11** MH (n=61) (n=142) 1 Benih (Kg) 1.946,41 1.520,05 62,62** 2 Kerja luar keluarga (HOK) 331,00 267,00 46,10** 3 Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) 142,00 114,00 19,76** 4 Pupuk Anorganik (Kg) 1.268,87 809,40 70,34** 5 Pupuk Organik (Kg) 17.056,82 12.824,74 52,69** 6 Pestisida Padat (Kg) 42,25 46,26 9,91** 7 Pestisida Cair (Kg) 10,70 7,50 34,71** 8 Produktivitas (Kg) 17.638,40 15.364,47 61,78** Tabel 1. Penggunaan faktor produksi rata-rata per hektar dan produktivitas usahatani kentang berdasarkan musim tanam dan konservasi lahan (teras bangku) di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo Sumber: Hasil analisis data primer, 2008. Keterangan: ** = nyata pada a: 1%, t-tabel a : 1% = 2,57, MH = Musim Hujan (Desember 07/ Januari 07 - April 07 /April 07), MKI = Musim Kemarau I (April07/Mei 07 - Juli 07/ Agustus 07), MK II = Musim Kemarau II (Agustus 07/September 07 - Desember 07/ Januari 08), Tipe A = Teknologi konservasi teras bangku terbuat dari tanah diperkuat batu, dan Tipe B = Teknologi konservasi teras bangku terbuat dari tanah tanpa diperkuat batu. 120 produk dilakukan dengan uji t terhadap klasik keheteroskedastisan menunjukkan bahwa koefisen regresi pada model analisis yang terdapat gejala keheteroskedastisan, sehingga digunakan. Fungsi produksi yang digunakan model diperbaiki dengan menggunakan model adalah fungsi produksi Cobb Douglas, seperti White Heteroskedasticity. tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Nilai Jarque-Bera sebesar 4,278, Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai R² sebesar dengan probabilitas 0,13 > 0,05, sehingga 52,72%. Hal ini menunjukkan bahwa 52,72% asumsi kenormalan terpenuhi. Hasil pengujian keragaman variabel dependen dijelaskan oleh kemultikolinearan menunjukkan bahwa tidak keragaman variabel independen dalam model. terdapat kemultikolinearan pada model. Hasil Hasil perhitungan didapatkan Fhitung > pengujian terhadap penyimpangan asumsi Ftabel (47,24 > 1,15), sehingga variabel (a=1%) Variabel Koefisien Regresi Standar Eror t-hitung Prob. C 7,3281*** 0,2344 31,259 0,0000 ln(LLHN) -0,0322*** 0,0073 -4,3963 0,0000 ln (BBT) 0,1138*** 0,0266 4,2762 0,0000 ln (TK) 0,0551*** 0,0125 4,4056 0,0000 ln (PPKANOR) 0,0219*** 0,0089 2,4543 0,0144 ln (PPKOR) 0,0819*** 0,0109 7,4963 0,0000 ln (BPEST) 0,0227*** 0,0069 3,2845 0,0011 ln (KEMLHN) 0,0005ns 0,0043 0,1137 0,9095 ln (LUT) 0,0387*** 0,0081 4,7503 0,0000 ln (UMUR) -0,0608*** 0,0258 -2,3505 0,0191 ln (PEDKAN) 0,0284*** 0,0162 1,7574 0,0794 ln (TKEL) -0,0318*** 0,0106 -2,9924 0,0029 DMUSIM2 0,0088ns 0,0097 0,9050 0,3658 DMUSIM1 0,0209*** 0,0104 2,0064 0,0453 DKONSV 0,0060ns 0,0102 0,5895 0,5557 Jarque-Bera 4,8857 Probabilitas 0,0869 R2 0.5393 F-statistic 48.7478 Sumber: Analisis data primer, 2008. Keterangan: *** = nyata pada a: 1%, ns = tidak nyata, C = konstanta, LLHN = luas lahan (ha), BENIH = benih kentang (kg), TK = tenaga kerja (HOK), PPKANOR = pupuk anorganik (kg), PPKORG = pupuk organik (kg), BPEST = biaya pestisida (Rp), KEMLHN = kemiringan lahan (%), LUT = lama usahatani (tahun), UMUR = umur petani (tahun), PEDKAN = pendidikan petani (tahun), TKEL = tanggungan keluarga petani (jiwa), DMUSIM1 = variabel boneka musim tanam 1 (MK I), DMUSIM2 = variabel boneka musim tanam 2 (MK II), dan DKONSV = variabel boneka teknik konservasi. Tabel 2. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglass (White Heteroskedasticity) pada usahatani kentang di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.) 121 independen secara bersama-sama berpengaruh akan menaikkan produk 0,11%. Penggunaan nyata terhadap produktivitas. Penjelasan benih oleh petani masih dapat ditingkatkan pengaruh masing-masing variabel independen karena para petani umumnya menggunakan terhadap produk kentang sebagai berikut. jarak tanam 30 cm x 70 cm. Peningkatan poLuas Lahan pulasi tanaman per hektar dengan jarak tanam Koefisien regresi luas lahan sebesar dapat lebih dirapatkan lagi menjadi 60 cm x 30 –0,0322, hasil uji t nyata pada tingkat cm. Benih yang digunakan pada umumnya kepercayaan 99%, berarti bahwa setiap berkualitas rendah, 45% petani masih penambahan luas lahan sebesar 1% akan me- menggunakan benih yang berasal dari produk nurunkan produk sebesar 0,03%. Kesuburan yang dihasilkan. Selebihnya, benih berasal dari dan produktivitas lahan usahatani kentang di kelompok tani dan penangkar benih lokal. Dataran Tinggi Dieng semakin tahun semakin Rata-rata penggunaan benih sebesar 1.563,39 menurun. Hal ini ditunjukkan dengan peng- kg/hektar per musim. Menurut Undang et al. gunaan pupuk organik dan anorganik dalam (2003), pengelolaan lahan pada budidaya jumlah cukup besar. Pada tahun 1990, sayuran dataran tinggi umumnya sederhana produksi kentang per hektar dapat mencapai 26 dan tradisional, dicirikan oleh penggunaan ton per hektar (BPS Wonosobo, 1991). Pada bibit atau benih yang kurang bermutu sehingga saat ini, produktivitas hanya 16 ton per hektar. produktivitasnya semakin menurun. Teknik konservasi tanah yang baik dan Tenaga Kerja benar belum dilakukan pada budidaya sayuran Koefisen regresi tenaga kerja sebesar dataran tinggi sehingga kehilangan tanah 0,0551 berpengaruh nyata (pada a= 1%) dan (erosi) dari lahan pertanaman terus terjadi. positif, berarti setiap peningkatan tenaga kerja Erosi tanah membawa sejumlah unsur hara sebesar 1% akan menaikkan produk sebesar dari dalam tanah, menyebabkan berkurangnya 0,06%. Rata-rata penggunaan tenaga kerja tingkat kesuburan tanah (Undang et al., 2003). sebesar 357 HOK per hektar. Penambahan Penurunan kesuburan tanah disebabkan tenaga kerja masih dapat meningkatkan erosi tanah yang tinggi pada saat musim hujan. produktivitas, terutama tenaga kerja untuk Terjadinya erosi tanah disebabkan lahan untuk pemeliharaan tanaman. Sebagian besar tenaga usahatani kentang pada umumnya mempunyai kerja untuk pemeliharaan tanaman masih kemiringan lebih dari 35%, bahkan ada yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Hasil di atas 90%. Walaupun lahannya kritis, petani penelitian Istih (2004) menunjukkan bahwa tetap berupaya menanam dan tetap dapat varaiabel frekuensi kerja tidak berpengaruh berproduksi, karena dipacu pupuk kandang dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja pada pupuk kimia dalam dosis besar. Tingkat erosi usahatani kentang. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mencapai 10,7 mm/tahun atau rata-rata bertambah atau berkurangnya jam kerja yang sebesar 161 ton/hektar/tahun (Tim Kerja dicurahkan tidak akan mengakibatkan bertamPemulihan Dieng, 2007). bah atau berkurangnya pekerja. Benih Pupuk Anorganik Koefisien regresi benih sebesar 0,1138, Koefisen regresi pupuk anorganik nyata pada tingkat kepercayaan 99%, yang sebesar 0,0219, berpengaruh nyata (pada a= berarti bahwa setiap penambahan benih 1% 1%) dan positif, berarti bahwa setiap kenaikan Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127 122 penggunaan pupuk anorganik sebesar 1% akan positif. Artinya, bahwa setiap peningkatan menaikkan produktivitas tanaman kentang penggunaan pupuk organik 1% akan meningsebesar 0,02%. Hal ini menunjukkan bahwa katkan produktivitas tanaman kentang sebesar tingkat kesuburan tanah untuk usahatani 0,08%. Rata-rata penggunaan pupuk organik kentang sudah sangat rendah. Kondisi ini sebesar 14.704,13 kg per hektar. Walaupun dibuktikan penggunaan pupuk organik untuk penggunaan pupuk organik sudah cukup usahatani kentang cukup banyak yaitu banyak, tetapi penambahan penggunaan pupuk mencapai 854,84 kg per hektar per musim organik masih meningkatkan produktivitas. tanam. Hasil penelitian Fariyanti et al. (2007), Hal ini disebabkan lahan usahatani sudah menunjukkan bahwa petani kentang di terdegradasi karena sering terjadi erosi tanah Pengalengan Bandung menggunaan pupuk yang berlebihan, sehingga kesuburan tanahnya anorganik (TSP dan KCl) dalam jumlah besar semakin tahun semakin menurun. Oleh karena karena tingkat kesuburan tanah yang semakin itu, penambahan penggunaan pupuk organik menurun. masih dapat meningkatkan produksi. Dampak kebijakan promosi berupa Biaya Pestisida perbaikan sistem distribusi pupuk berpotensi Koefisen regresi biaya pestisida sebesar menurunkan biaya pupuk per hektar per musim 0,0227, berpengaruh nyata (pada a = 1%) dan pada usahatani kentang di Karo (Sumatera positif. Artinya bahwa setiap peningkatan Utara) dan Tabanan (Bali), masing-masing penggunaan biaya pestisida 1% akan meningRp1,37 juta dan Rp0,44 juta, usahatani katkan produktivitas tanaman kentang sebesar bawang merah di Majalengka (Jawa Barat) 0,02%. Rata-rata penggunaan biaya pestisida Rp0,21 juta, usahatani jeruk di Karo (Sumatera sebesar Rp5.201.404,12 kg per hektar. Utara) Rp4,03 juta, dan usahatani mangga di Tanaman kentang merupakan tanaman yang Majalengka (Jawa Barat) Rp1,56 juta. mudah terserang organisme pengganggu Sementara itu, pelonggaran impor bibit tanaman, sehingga diperlukan pestisida dalam kentang varietas French Fries dan Atlantik jumlah banyak, terutama pada saat musim diharapkan akan meningkatkan produksi dan hujan, tanaman mudah layu terserang jamur ekspor hasil olahan keripik kentang. dan lalat daun. Penggunaan pupuk anorganik terus me- Pestisida biorasional Phrogonal (866) ningkat dalam upaya meningkatkan produksi mampu menggantikan peranan pestisida pangan (padi, palawija, dan hortikultura). sintetik Pyrethroid 2.5 EC 0,2% dalam Namun demikian, dicabutnya subsidi harga mengendalikan lalat pengorok daun L. pupuk oleh pemerintah menyebabkan pupuk huidobrensis, menekan kerusakan tanaman anorganik sulit diperoleh dan harganya mahal. yang diakibatkannya, dan menghindarkan Untuk mengatasi hal itu, maka penggunaan kerugian hasil kentang akibat serangannya pupuk anorganik harus efisien, baik pupuk (Suryaningsih, 2006). majemuk NPK maupun pupuk tunggal Beberapa hasil penelitian menunjukkan (Koswara, 2007). bahwa, pemakaian pestisida telah meluas pada Pupuk Organik beberapa komoditas pertanian, salah satunya Koefisen regresi pupuk organik sebesar komoditas kentang. Pada tanaman kentang 0,0819, berpengaruh nyata (pada a= 1%) dan perlakuan insektisida dan fungisida sangat Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.) 123 intensif, karena tanaman tersebut sangat peka bertambah umur petani pada batas tertentu, terhadap serangan hama dan patogen. Umum- semakin tidak produktif dalam mengelola nya penyakit-penyakit utama yang banyak usahatani kentang. Umur berhubungan dengan menyerang tanaman kentang di Batu Malang produkstivitas yang dihasilkan oleh petani. adalah penyakit busuk daun Phythophthora Umur petani berkisar antara 22 tahun sampai infestans (Mont.) de Barry, sedangkan hama 70 tahun, dengan rata-rata 40,87 tahun. utamanya golongan ulat dan kutu Thrips sp Persentase tertinggi petani kentang berada pada (Humaidi et al., 2000). kelompok umur antara 25 - 40 tahun yaitu Kemiringan Lahan sebanyak 51,23% (104 orang) selanjutnya Usahatani kentang di Dataran Tinggi kelompok umur 41 - 55 tahun, yaitu sebanyak Dieng dilaksanakan pada ketinggian 1200 39,41% (80 orang). Umur merupakan salah sampai 2300 m dpl, sehingga tanaman kentang satu indikasi yang menentukan kemampuan ditanam pada kemiringan dari mulai 1% seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan. hingga 142%. Koefisen regresi kemiringan Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan lahan sebesar –0,0685, dan tidak berpengaruh petani cenderung meningkat sesuai dengan nyata terhadap produktivitas kentang. Hal ini bertambahnya umur. mungkin disebabkan terlalu tinggi keragaman Hasil penelitian Istih (2004), pada antara kemiringan lahan petani satu dengan usahatani kentang di Probolinggo, variabel petani yang lain. umur tidak berpengaruh nyata pada taraf Lama Usahatani kepercayaan 90%, tetapi berpengaruh nyata Koefisien regresi lama usahatani pada taraf kepercayaan 70%. Hal ini 0,0387, berpengaruh nyata (pada a = 1%) dan menunjukkan bahwa umur pekerja tidak positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menambah atau mengurangi kemampuan atau lama berusahatani, akan semakin berpengalam- produktivitas dari perkerja. Hal ini disebabkan an dalam mengelola usahataninya, sehingga penghargaan tenaga kerja di daerah penelitian produktivitas yang dihasilkan juga akan lebih masih relatif murah, sedangkan produktivitas tinggi. Budidaya tanaman kentang, memerlu- pengukurannya masih berdasarkan upah dibagi kan pengelolaan yang spesifik, yang disebab- jumlah jam kerja produktif. kan antara lain: (1) usahatani tanaman kentang Pendidikan Petani adalah usahatani yang padat modal dan (2) Koefisien regresi pendidikan petani tanaman kentang berasal dari daerah sub tropis sebesar 0,0284, berpengaruh nyata (pada a= sehingga banyak kendala dalam pertumbuhan- 5%) dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa nya. semakin tinggi tingkat pendidikan semakin Umur Petani baik dalam mengelola usahatani. Budidaya Koefisien regresi umur petani sebesar kentang merupakan budidaya padat modal dan –0.0608, hasil uji t terhadap terhadap koefisien cukup sukar dalam pemeliharaan tanaman, regresi umur petani menunjukan bahwa umur sehingga diperlukan keahlian dalam budidaya petani berpengaruh nyata (pada a= 1%) dan kentang. Pendidikan formal lebih tinggi negatif terhadap produktivitas tanaman dengan pengalaman usahatani kentang akan kentang. Hal ini menunjukkan semakin menghasilkan produktivitas yang tinggi. Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127 124 Tingkat pendidikan pekerja pada pendidikan relatif rendah sehingga keterampilusahatani kentang di Probolinggo tidak an mereka juga relatif rendah (Istih, 2004). berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Tanggungan Keluarga Petani Tinggi rendahnya pendidikan tidak akan Tanggungan keluarga petani rata-rata mengakibatkan produktivitas bertambah atau sebanyak empat jiwa, yang tertinggi sebanyak berkurang. Di daerah penelitian, tingkat sembilan orang dan terendah sebanyak satu Sumber: Hasil analisis data primer, 2008. Keterangan: *** = nyata pada a : 1%, t-tabel á : 1% = 2,57, MH = Musim Hujan (Januari 07/ Pebruari 07 - April 07 /April 07), MKI = Musim Kemarau I (April07/Mei 07 - Juli 07/Agustus 07), MK II = Musim Kemarau II (Agustus 06/September 06 - Desember 07/Januari 08), Tipe A = teknologi konservasi teras bangku terbuat dari tanah diperkuat batu, dan Tipe B = teknologi konservasi teras bangku terbuat dari tanah tanpa diperkuat batu. Tabel 3. Perbedaan pendapatan usahatani kentang per hektar per musim tanam dan konservasi lahan teras bangku di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.) 125 orang. Koefisien regresi tanggungan keluarga dengan usahatani di musim kemarau 1 (MK I) sebesar -0,0318, berpengaruh nyata (pada a= dan musim hujan (MH). Usahatani tanaman 1%) dan negatif terhadap produk. Tanggungan kentang pada musim kemarau 1 (MK I) keluarga yang cukup banyak tentunya akan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi membebani petani dalam hal pengeluaran karena pada musim ini kondisi suhu tidak rumah tangga tani. Biaya produksi akan terlalu dingin (tidak ada “embun upas”), berkurang karena digunakan untuk membiayai ketersediaan air juga cukup. keluarganya. Semakin besar jumlah anggota Hasil perhitungan analisis finansial rumah tangga petani yang berusia produktif usahatani berdasarkan tipe teras dan berdasarsemakin besar potensi sumberdaya tenaga kerja kan musim seperti tersaji pada Tabel 3. manusia yang tersedia. Sebaliknya, semakin Tabel 3 menunjukkan bahwa keuntungbesar jumlah anggota rumah tangga bukan usia an usahatani kentang tertinggi tercapai pada produktif semakin besar beban rumah tangga musim hujan (MH) dan pada lahan dengan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dan teknik konservasi teras bangku yang diperkuat kebutuhan hidup lainnya. Hasil penelitian Istih batu (tipe A). Biaya tertinggi tercapai juga (2004), menunjukan hal yang berbeda, bahwa pada musim hujan pada lahan dengan teras jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh bangku tipe A. Usahatani kentang di Dataran nyata terhadap produktivitas atau banyaknya Tinggi Dieng secara finansial menguntungkan. jumlah keluarga tidak akan menambah atau Petani kentang di daerah penelitian, mengurangi produktivitas. berladang kentang dengan luas efektif 0,21 ha Dummy Musim Tanam dengan jarak tanam 20 x 60 cm atau 40 x 70 Hasil uji t terhadap variabel boneka cm. Oleh karenanya jumlah populasinya adalah musim tanam kemarau 1 (MK I) tidak ber- 1.155 rumpun tiap hektar. Waktu yang dibupengaruh nyata terhadap produktivitas kentang. tuhkan dari penanaman sampai panen sekitar Keadaan ini disebabkan musim kemarau sering 3,5 bulan. Produktivitas rata-rata 10.337,84 terjadi kekeringan atau tanaman kentang keku- kg/ha. Biaya produksi yang diperlukan adalah rangan air. Oleh karena kekurangan air, maka Rp19.230.600,00/ha dengan rataan harga yang pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, diterima Rp2.900,00/kg maka penerimaan total sehingga produktivitas juga akan menurun. adalah Rp29.979.000,00/ha/thn. 
DAFTAR PUSTAKA 
Just, R.E. and R.D. Pope. 1979. Production Function Estimation and Related Risk Abdurachman, A. , A. Dariah, dan A. Consideration. American Journal of Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi Agricultural Economics 6(2):488-504. 
Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Kadariah. 2000.
 Pengantar Evaluasi Proyek. Litbang Pertanian 27(2):43-49. FE-UI, Jakarta. BPS Kabupaten Wonosobo. 2008. Kabupaten Koswara. 2007. Teknik Pengamatan Wonosobo dalam Angka, 2007. Badan Penggunaan Pupuk Anorganik Majemuk Pusat Statistik Kabuapten Wonosobo. 

skripsi konvensional teknologi pertanian wonosobo

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN BARAT

Hasil gambar untuk KELapa sawit kalbar

sumber: thetanjungpuratimes.com

     Banyak sekali penelitian yang mengkaji tentang kelapa sawit.dalam hal ini terdapat pro dan kontra yang beredar di masyarakat. Hal yang paling banyak terjadi adalah isu pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dikaitkan dengan permasalahan lingkungan. Perdepatan pro dan kontra tentang isu ini sangat menaik untuk dikaji bersama. Karena dari pihak pro yang sebagian besar adalah para pelaku yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit mnganggap bahwasaya dengan pengembangan kelapa sawit ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan masyarakat namun juga daerah hingga dampak bagi negara Indonesia sendiri. Kita juga tidak dapat pungkiri bahwasanya, pada saat ini Indonesia adalah negara eksportir terbesar tidak hanya dalam komoditas minyak kelapa sawit namun juga pada keseluruhan minyak nabati. Dengan pengembangan kelapa sawit inilah Indonesia mendapatkan devisa yang lumayan banyak ditambah dengan penyerapan tenaga kerja yang banyak. Bertentangan dengan para pendukung adanya pengembangan perkebunan kelapa sawit ini, pihak yang kontra terhadap kelap sawit juga berpendapat bahwasanya dengan adanya perkebnan kelapa sawit ini akan berdampak pada kerusakan lingkungan, kerusakan hutan dan keanekaragaman hayati yang ada, ketahanan pangan, serta munculnya konflik-konflik agraria yang yang akan terjadi di masyarakat.

Dampak Kebun Sawit Di Kalimantan Barat 
     Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat pesat secara langsung telah memberikan pengaruh-pengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat. hal ini dikarenakan kelapa sawit sedang menjadi primadona negara. Kontribusi tanaman kelapa sawit terhadap ekspor pasar, penyerapan tenaga kerja, pendapatan pekebun dan juga produk domestik bruto (PDB). Luas provinsi Kalimantan Barat ialah setara dengan 7,53% luas Indonesia (seluas 146.807 km2 ) dan menempati provinsi terluas yang berada pada urutan keempat. Kalimantan Sendiri memiliki iklim tropis karena tepat berada bada garis khatulistiwa. Hal ini yang memuat kalimantan barat cocok untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan perkebunan. Dari tahun ketahun Kalimantan Barat mengalami peningkatan yang signifikan dalam skala perkebunan. Produksi perkebunan terbesar yang ada di wilyah Kalimanan Barat ialah tanaman sawit dan karet serta menjadi komoditas primadona dikawasan ini. Kelapa sawit dan karet dipilih karena sangat menjanjikan dari segi hasil agi masyarakat. di Kalimantan Barat sendiri sudah sekitar 60-70% lahan telah beralih fungsi menjadi perkebunan.

Dampak yang diakibatkan karena alih fungsi hutan menjadi perkebunan ini dapat menghasilkan kerusakan di wilayah-wilayah sekitar perkebunan. Sebagian yang akan terjadi ialah dampak negatif yang dihasilkan oleh adanya perkebunan kelapa sawit ini, seperti kerusakan lingkungan yang berupa kerusakan hutan dan ekologi, kenekaragaman hayati,dll. Berikut adalah dampak negatif akibat adanya pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit, yaitu: 

a) Kerusakan Hutan 
Pada saat ini kerusakan hutan yang dialami indonesia semakin banyak. Salah satu penyebab yang mengakibatkan kerusakan hutan yang ada di beberapa wilayah di indonesia ialah kebakaran hutan yang diperuntukkan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit, khususnya wilayah-wilayah dengan komoditas utama perkebunan kelapa sawit seperti kalimantan barat, kalimantan tegah, daerah sumatera dan wilayah-wilayah dengan perkebunan sawit yang luas. 
b) Hilangnya keanekaragaman hayati Indonesia 
Dikenal sebagai wilayah dengan beragam flora dan fauna yang hidup di dalam kawasan hutannya. Pada saat ini kondisi lingkungan yang ada di Indonesia mulai terganggu akibat semakin banyaknya pengembangan perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia. alih fungsi hutan yang dijadikan perkebunan sawit maka akan membuat kawasan hutan semakin menipis. Padahal kita samasama tahu bahwasanya hutan merupakan tempat hidup segala keanekaragaman hayati yang ada. Apabila hutan semakin sedikit maka kelangsungan hidup hayat yang ada dihutan dapat terganggu, bahkan flora dan fauna akan tidak dapat memiliki tempat tinggal.
c) Konflik Masyarakat 
Pada saat ini, salah satu tujuan di Indonesia adalah meningkatkan perekonomian negara. salah satu langkah yang dilakukan ialah Indonesia tengah berusaha untuk menjadikan komoditas perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan peluang dalam peingkatan ekonomi dngan meningkatkan produktifitas hasil perkebunan kelapa sawit dalam penyediaan kebutuhan akan minyak di eluruh dunia. Dalam proses berjaannya, pembangunan perkebunan kelapa sawit ini akan melibatkan beberapa stakeholders yang berperan aktif untuk menjadi pelaku pemegang lahan, diantaranya masyarakat, pemerintah, dan juga investor-investor. Ketiga stakehorders ini memiliki kepentingan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ketiga pelaku ini terkadang tidak dapat berjalan bersama karena masing-masing memiliki target capaian yang berbeda. Hal ini lah yang sering membuat keadaan di kawasan pengembangan perkebunan kelapa sawit sering terjadi konflik di lingkungan ini. 




Jurnal Penulis Asli:
LIHAT DISINI

Sumber Referensi:
file:///C:/Documents%20and%20Settings/TEMP.LIBLAB.005/My%20Documents/Downloads/uploadtugasreny.pdf

Selasa, 23 Oktober 2018

TEKNIK HIDROPONIK


TEKNIK PENANAMAN DENGAN HIDROPONIK
(Pengertian dan Penjelasan Tanaman Hidroponik) – Hidroponik (latin; hydro = air; ponos= kerja) adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batubata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah.
Tanaman hidroponik bisa dilakukansecara kecil-kecilan di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara besar-besarandengan tujuan komersial. Beberapa kelebihan tanaman dengan sistim hidroponik ini antara lain:
• Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida atau obat hama yang dapat merusak tanah, menggunakan air hanya 1/20 dari tanaman biasa, danmengurangi CO2 karena tidak perlu menggunakan kendaraan atau mesin.
• Tanaman ini tidak merusak tanah karena tidak menggunakan media tanah danjuga tidak membutuhkan tempat yang luas.
• Bisa memeriksa akar tanaman secara periodik untuk memastikan pertumbuhannya
• Pemakaian air lebih efisien karena penyiraman air tidak perlu dilakukansetiap hari sebab media larutan mineral yang dipergunakan selalu tertampung didalam wadah yang dipakai
• Hasil tanaman bisa dimakan secara keseluruhan termasuk akar karena terbebasdari kotoran dan hama
• Lebih hemat karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari, tidakmembutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat
• Pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga
• Bisa menghemat pemakaian pupuk tanaman
• Tidak perlu banyak tenaga kerja
• Lingkungan kerja lebih bersih
            Adapun macam hidroponik dan media tanamnya yaitu :
·         Macam-macam hidroponik
§  Static solution culture (kultur air statis)
§  Continuous-flow solution culture, contoh : NFT (Nutrient Film Technique),DFT (Deep Flow Technique)
§  Aeroponics
§  Passive sub-irrigation
§  Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
§  Run to waste
§  Deep water culture
§  Bubbleponics
§  Bioponic

·         Media Tanam Inert Hidroponik
Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa contoh di antaranya adalah:
1.      Arang sekam
4. Rock wool
7. Pumice
10. Krikil
2.      Spons
5. Coir
8. Vermiculite
11. Serbuk kayu
3.      Expanded clay
6. Perlite
9. Pasir

·         Peralatan Budidaya Hidroponik
Peralatan yang diperlukan adalah :
1.      Wadah semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak plastik, nampan semai,atau kotak kayu.
2.      Wadah tanaman dewasa, umumnya digunakan polybag berukuran 30-40 cm dengan lobang secukupnya untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman.
- Kertas tissu/koran basah untuk menjaga kelembaban
- Ayakan pasir untuk mengayak media semai
- Handsprayer untuk penyiraman
- Centong pengaduk media
- Pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai
- Polybag ukuran 5 kg untuk penanaman transplant
- Benang rami (seperti yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat tanaman
- Ember penyiram
·         Teknik Hidroponik
1.      Teknik Larutan Statis
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 olehbangsa Aztec. Dalam teknik ini, tanaman disemai pada media tertentu bisa berupaember plastik, baskom, bak semen, atau tangki. Larutan biasanya dialirkansecara pelan-pelan atau tidak perlu dialirkan. Jika tidak dialirkan, makaketinggian larutan dijaga serendah mungkin sehingga akar tanaman berada di ataslarutan, dan dengan demikian tanaman akan cukup memperoleh oksigen. Terdapatlubang untuk setiap tanaman.
Tempat bak bisa disesuaikan dengan pertumbuhantanaman. Bak yang tembus pandang bisa ditutup dengan aluminium foil, kertaspembungkus makanan, plastik hitam atau bahan lainnya untuk menghindari cahayasehingga dapat menghindari tumbuhnya lumur di dalam bak. Untuk menghasilkangelembung oksigen dalam larutan, bisa menggunakan pompa akuarium. Larutan bisadiganti secara teratur, misalnya setiap minggu, atau apabila larutan turun dibawah ketinggian tertentu bisa diisi kembali dengan air atau larutanbernurtrisi yang baru.
2.      Teknik Larutan Alir
Ini adalah suatu cara bertanam hidroponik yang dilakukan dengan mengalirkanterus menerus larutan nutrisi dari tangki besar melewati akar tanaman. Teknikini lebih mudah untuk pengaturan karena suhu dan larutan bernutrisi dapatdiatur dari tangki besar yang bisa dipakai untuk ribuan tanaman. Salah satuteknik yang banyak dipakai dalam cara Teknik Larutan Alir ini adalah tekniklapisan nutrisi (nutrient film technique) atau dikenal sebagai NFT, teknik inimenggunakan parit buatan yang terbuat dari lempengan logam tipis anti karat, dantanaman disemai di parit tersebut.
Di sekitar saluran parit tersebut dialirkanair mineral bernutrisi sehingga sekitar tanaman akan terbentuk lapisan tipisyang dipakai sebagai makanan tanaman. Parit dibuat dengan aliran air yangsangat tipis lapisannya sehingga cukup melewati akar dan menimbulkan lapisannutrisi disekitar akar dan terdapat oksigen yang cukup untuk tanaman.
3.      Teknik Agregat Media
Teknik ini menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam, batubata, dan media lainnya yang disetrilkan terlebih dahulu sebelum dipergunakanuntuk mencegah adanya bakteri di media. Pemberian nutrisi dilakukan denganteknik mengairi media tersebut dengan pipa dari air larutan bernutrisi yangditampung dalam tangki atau tong besar.
·         Kelibihan Menggunakan Teknik Hidroponik
1.      Hidroponik cocok untuk tempat yang hanya memiliki lahan terbatas. Tinggal di perkotaan pastinya lahan yang ada di rumah/apartemen juga terbatas. 2.    Hidroponik cocok dilakukan pada daerah dengan tanah yang gersang. Karena hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tanam, maka saya dapat bercocok tanam kembali walaupun tanah di daerah saya berpasir dan gersang. Maklum nih di daerah pantai, ga cocok banget nanam sayuran. Tapi setelah berkenalan dengan hidroponik, kebutuhan sayuran di rumah dapat dipenuhi sendiri.
2.       Hidroponik menghasilkan panen yang lebih banyak dibandingkan metode konvensional (dengan tanah) pada luas yang sama.
3.      Hidroponik lebih hemat air. Walau namanya hidroponik tapi jangan salah, metode ini malah lebih hemat air dibandingkan metode konvensional.
4.      Mengurangi pencemaran zat kimia ke tanah. Metode hidroponik tidak menggunakan tanah sehingga tidak mencemari tanah & apabila terpaksa harus membuang nutrisi bekas pun, residue dari nutrisi hidroponik hampir tidak ada.
5.      Kandungan gizi pada tanaman hidroponik lebih tinggi. Hal ini dapat dipahami karena kita menyediakan semua kebutuhan tanaman untuk tumbuh & berkembang sesuai kebutuhan.
·         Kelemahan Menggunakan Teknik Hidroponik
1.      Nutrisi khusus hidroponik & media tanam masih sulit ditemukan. Jika kita jalan-jalan ke toko perkebunan, jarang sekali mereka memiliki perlengkapan hidroponik dan pada akhirnya kita harus searching dan belanja online. Beberapa media tanam seperti hidroton, rockwool, & vermiculite juga masih impor sehingga agak sulit ditemukan dan harganya relative lebih mahal.
2.        Diperlukan modal awal yang relatif lebih tinggi untuk hidroponik. Sebenarnya bila kita kreatif, berhidroponik dapat menjadi murah karena kita dapat memanfaatkan barang-barang bekas sebagai tempat bercocok tanam seperti botol minuman mineral, jerigen bekas, tempat sterofoam buah-buahan, dll. Tapi begitu kita ingin membuat kebun hidroponik yang lebih besar, apalagi dengan sistem air mengalir, tentu saja kita membutuhkan perlatan yang lebih lengkap lagi seperti paralon/talang air/gully, pompa air, pompa udara, dll.
3.      Hidroponik membutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Perubahan kadar nutrisi dan pH sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Bila kita tidak teliti dan telaten, akan langsung terlihat pertumbuhan tanaman yang tidak optimal.

jurnal budidaya tanaman hidroponik
klik disini
Sumber :
Agoes, H. 2000.  Mengenal Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Anonim. 2006. Budidaya Tomat Secara Komersial. Jakarta. Penebar Swadaya.
Anonim. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Haryoto. 2009. Menanam seledri Secara Hidroponik. Yogyakarta. Kanisius
Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Hidroponik.INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008 (103-110).
Susila, A. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB.




 

Blogger news

Blogroll

About