Oleh:
Kusmantoro Edy S.
Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soe dirman
Jl. dr. Suparno, Grendeng, Purwokerto 53122
(Diterima: 8 Maret 2010, disetujui: 27 Desember 2010)
sumber : https://www.google.co.id/search?q=jurnal+pertanian+di+daerah+dieng&safe=strict&rlz=1C1AOHY_enID822ID822&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiPgtmIlsHeAhVJU30KHdC2ARgQ_AUIDygC&biw=1280&bih=933#imgrc=mWOjqh0GdS9T4M:
ABSTRACT
The aims of this research were to 1) compare the potato farming productivity applying bench
terrace technique of both A and B types, 2) know the effect of factors influencing the productivity
and efficiency of the technique, and 3) analyze financially farmer cost and benefit of the farming.
The research was conducted in Dieng Highland, Wonosobo Regrency. The primary data were taken
from potato farmer in Kejajar Sub district, Wonosobo Regency, by Proportionate Stratified Random
Sampling consisted of three village samples and 203 respondents. The secondary data (supporting
data) were taken from related institution. Result of the research showed that the use of seeds, labors,
chemical and organic fertilizers, and pesticide in the farming applying the technique of A type was
higher than B type. The highest potato production was yielded in the technique of A type at three
planting seasons. The factors influencing the productivity were land area, seeds, labors, chemical
and organic fertilizers, pesticide cost, farmers’ age, the farming duration, the house hold members,
and farmer’s education. The farming using the technique strengthened by stones was more effisience
than the technique without stones. The highest benefit of the farming was found in the wet season at
the land using conservation technique of A type terrace. The highest cost production was found in
the wet season at the land using conservation technique of A type terrace. The potato farming in
Dieng Highland was financially profitable.
Key words: Dieng Plateau, efficiency, productivity
PENDAHULUAN
hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan
Permasalahan usahatani tanaman ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang
semusim di lahan kering yang berlereng sangat beragam, umumnya berlereng dengan kondisi
beragam, sehingga jika tidak dikelola dengan kemantapan lahan yang labil (peka terhadap
baik akan mengganggu keseimbangan ling- erosi) terutama bila pengelolaannya tidak
kungan hidup. Gangguan tersebut antara lain memperhatikan kaidah konservasi tanah.
(a) terjadinya erosi tanah dan air, (b) menurun- Usaha pertanian lahan kering dapat dibagi
nya tingkat kesuburan lahan, (c) penurunan dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan
produktivitas lahan, (d) terjadinya bencana kering berbasis palawija (tegalan), lahan
alam seperti banjir dan tanah longsor, dan (e) kering berbasis sayuran (dataran tinggi), dan
terjadinya pendangkalan sungai, yang menga- pekarangan (Setiawan, 2008).
kibatkan umur guna waduk menjadi berkurang. Peningkatan produksi bahan pangan
Lahan kering adalah lahan yang dapat nasional berjalan relatif lambat dibandingkan
digunakan untuk usaha pertanian dengan dengan permintaannya karena adanya berbagai
menggunakan air secara terbatas dan biasanya kendala yang sulit diatasi, seperti konversi
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127
116
lahan sawah, persaingan dalam penggunaan maka usahatani kentang dimungkinkan memair,
banjir, dan longsor. Salah satu peluang punyai risiko produksi dan risiko pendapatan.
yang cukup besar tetapi sering terabaikan Hal ini karena dengan terjadinya erosi, akan
adalah pemanfaatan lahan kering yang tersedia menyebabkan kesuburan tanah menurun, yang
cukup luas dan secara teknis sesuai untuk mengakibatan produktivitas lahan menurun.
pertanian. Lahan berpotensi tersebut akan Demikian juga tindakan konservasi pada
mampu menghasilkan bahan pangan yang usahatani kentang akan menimbulkan risiko,
cukup bila dikelola dengan menggunakan tek- yaitu biaya dan pendapatan, karena dengan
nologi yang efektif dan strategi pengembangan adanya tindakan konservasi, petani akan
yang tepat (Abdulrahman et al., 2008). mengeluarkan biaya tambahan di luar biaya
Berdasarkan prinsip konservasi lahan, produksi. Pertambahan biaya menyebabkan
lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak pendapatan juga akan berkurang, jika tidak
dibenarkan untuk usahatani tanaman pangan disertai peningkatan produktivitas lahan.
(tanaman semusim). Akan tetapi, petani tidak Bertolak dari latar belakang dan
mempunyai pilihan lain, sehingga mengguna- perumusan masalah, maka secara umum
kan lahan tersebut untuk usahatani tanaman permasalahan penelitian ini adalah 1) apakah
pangan (Triastono, 2006). Mahfudz (2001) terdapat perbedaan produktivitas serta pendaberpendapat
bahwa usahatani tanaman pangan patan antara petani yang menerapkan teknologi
pada lahan tersebut dapat dianjurkan, tetapi konservasi teras bangku yang diperkuat batu
perlu diikuti dengan upaya konservasi lahan. (tipe A) dan tanpa diperkuat batu (tipe B) dan
Pada kenyataannya, partisipasi petani di 2) seberapa besar pengaruh penggunaan faktor
Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu produksi terhadap risiko produksi. Berdasardalam
melaksanakan kegiatan konservasi lahan kan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan
masih rendah. Salah satu faktor yang untuk 1) membandingkan produktivitas
menyebabkan rendahnya kemampuan petani usahatani kentang yang menerapkan teknologi
tersebut adalah rata-rata pendapatan petani teras bangku tipe A dan tipe B, 2) mengetahui
umumnya masih rendah sebagai akibat dari faktor yang memengaruhi produktivitas dan
sempitnya luas lahan garapan (Pakpahan dan keefisienan teknik usahatani kentang, dan 3)
Syafa’at, 1991). menganalisis biaya dan pendapatan petani dari
Dataran Tinggi Dieng mempunyai usahatani kentang secara finansial.
ketinggian antara 1.200 sampai 2.100 meter di
atas permukaan laut (dpl), yang banyak
METODE PENELITIAN
dibudidayakan tanaman kentang, dengan freku- Penelitian di lakukan di Dataran Tinggi
ensi tanam kentang dua sampai tiga kali dalam Dieng Kabupaten Wonosobo dengan metode
satu tahun. Tanaman kentang dibudidayakan pengambilan sampel Proportionate Stratified
secara monokultur, sehingga sering menyebab- Random Sampling. Penelitian dilakukan
kan terjadinya erosi di daerah tersebut. menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu
Semakin tinggi wilayah usahatani, semakin suatu metode penelitian yang memusatkan
besar risiko terjadinya erosi tanah dan air. perhatian pada pemecahan masalah yang
Apabila ditinjau dari terjadinya erosi terjadi pada masa sekarang, sedangkan
pada usahatani kentang di lahan berlereng, masalah yang dipecahkan adalah masalah yang
Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.)
117
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127
aktual (Nasir, 1988; Suryabrata, 1998). n = jumlah petani sampel yang menerapkan 2
teknologi konservasi teras bangku tipe Jumlah petani sampel dihitung berdaB.
sarkan rumus (Parel and de Guzman, 1973): S = devisasi standar produktivitas usahatani 1
kentang pada lahan dengan teknologi
konservasi teras bangku tipe A.
S = devisasi standar produktivitas usahatani 2
kentang pada lahan dengan teknologi Jumlah petani sampel pada tiap strata
konservasi teras bangku tipe B. dihitung dengan rumus:
Formula hipotesis:
H0 : µ£Âµ , artinya produktivitas usahatani 1 2
kentang dengan penerapan teknologi
konservasi teras bangku tipe A lebih
Keterangan: n = Jumlah petani sampel, nh = kecil atau sama dengan tipe B.
Jumlah petani sampel dalam tiap strata, N =
Ha : µ >µ , artinya produktivitas usahatani 1 2 Jumlah Populasi, Nh = Jumlah satuan
elementer dalam tiap strata, sh = Standar kentang dengan penerapan teknologi
deviasi dari strata ke-h, z = variabel normal konservasi teras bangku tipe A lebih
(2), dan X = produksi kentang per hektar. i besar dari tipe B.
Hasil perhitungan dengan metode Apabila nilai t hitung > t tabel pada
tersebut di atas diperoleh tiga desa sampel, tingkat kesalahan 95%, maka produktivitas
yaitu Desa Patak Banteng, Setieng, dan
usahatani kentang pada petani yang menerapKejajar,
dan dari ketiga desa tersebut diperoleh kan teknologi konservasi teras bangku tipe A
petani sampel sebanyak 203 responden, terdiri lebih tinggi dari tipe B.
atas 61 petani kentang yang berusahatani pada Tujuan kedua dijawab dengan rumus
lahan teras bangku tipe A dan 142 petani (Debertin, 1986):
kentang yang berusahatani pada lahan teras ln Y = lna+ alnBENIH + alnTK + 0 1 2
bangku tipe B. alnPANORG + alnPORG + alnBPES + 3 4 5 Tujuan pertama dan kedua tentang alnKEMLHN + alnLUT + alnUMUR + 6 7 8 perbedaan produktivitas dijawab dengan mengalnPEDKAN
+ alnTKEL + alnLLHN 9 10 11 gunakan rumus:
+ ß1
DM1 + ß2
DM2 + ß3
KNSV + e
Keterangan:
Y = produktivitas (kg/ha)
TK = tenaga kerja manusia (HOK/ha)
Keterangan: BENIH = benih (kg/ha)
X = rata-rata produktivitas usahatani kentang PANORG = pupuk anorganik (kg/ha) 1
pada lahan dengan teknologi konservasi BPEST = biaya pestisida (Rp/ha)
teras bangku tipe A. KEMLHN= kemiringan lahan (%)
X = rata-rata produktivitas usahatani kentang PEDKAN = pendidikan formal petani (tahun)
2
pada UMUR = umur (tahun) lahan dengan teknologi konservasi
TKEL = tanggungan keluarga (jiwa) teras bangku tipe B.
n = LLHAN = luas lahan (ha) jumlah petani sampel yang menerapkan 1
DMK I = dummy musim tanam 1 (MK I) teknologi konservasi teras bangku tipe
A. DMK I = 1, untuk musim tanam 1 (MK I)
1
( )
2
2=Ã¥Xi
n--X
sh
=-Ã¥-2
1 2
2
2
2
( )
1
1
X X
n
S i
nh = .
Nh.n
N
=-Ã¥-2
1 1
1
2
1
( )
1
1
X X
n
S i
118
DMK I = 0, untuk musim tanam lainnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
DMK II = jika musim tanam lainnya Perbedaan Produktivitas Tanaman Kentang
DMK II = 1, untuk musim tanam 2 (MK II) antara Teknik Konservasi Teras Bangku
Musim Hujan (MH) sebagai kontrol Tipe A dan Tipe B
DKOnsv = dummy tipe konservasi Hasil perhitungan produktivitas dari DKOnsv = 1, untuk teknologi konservasi
usahatani kentang pada lahan usahatani yang teras bangku tipe A
DKOnsv = 0, untuk teknologi konservasi menerapkan teknologi konservasi teras bangku
a
teras bangku tipe B tipe A dan tipe B dan berdasarkan musim
0 = konstanta
a
tanam tersaji pada Tabel 1.
1,a2,...a11 = koefisien regresi variabel
Hasil analisis dapat diinterpretasikan independen
ß1,ß2,ß3 = koefisien regresi dummy variabel bahwa penggunaan benih, tenaga kerja, pupuk
= disturbance term (kesalahan anorganik, pupuk organik, dan pestisida pada
pengganggu) usahatani kentang yang menerapkan teknologi
konservasi teras bangku tipe A lebih tinggi Fungsi produksi Cobb Douglass yang
daripada yang menerapkan tipe B pada ketiga digunakan untuk menduga pengaruh penggunamusim.
Produktivitas tertinggi juga tercapai an input terhadap produktivitas kentang dianapada
usahatani kentang dengan teknologi
lisis dengan metode Ordinary Least Square
konservasi teras bangku tipe A, pada ketiga (OLS). Pengujian model analisis metode OLS
musim. Terjadinya perbedaan penggunaan
dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1)
faktor produksi dan produktivitas ada
pengujian asumsi klasik dan (2) pengujian
kemungkinan disebabkan sebagian petani yang kesesuaian model (Gujarati, 2003; Green,
berusahatani pada lahan dengan teknologi 2003). Pengujian terhadap asumsi klasik: a) uji
konservasi teras bangku tipe A merupakan pe- kenormalan (Jarque-Bera test), b) uji kemultitani
penyewa penggarap (48%). Produktivitas kolinearan (analisis korelasi antarvariabel
tanaman kentang pada lahan dengan teknologi independen), dan c) uji keheteroskedastisan
konservasi teras bangku tipe A lebih tinggi (metode White dan WLS) (Just and Pope,
disebabkan antara lain tingkat erosi tanah lebih 1979).
rendah dari lahan dengan teknologi konservasi Tujuan ketiga dijawab rumus sebagai
teras bangku tipe B, karena kemampuan berikut (Kadariah, 2000).
menahan laju air tanah lebih baik dari
teknologi konservasi teras bangku tipe B. Oleh
karena itu, kondisi kesuburan tanah pada lahan Keterangan: B = Benefit (manfaat) = jumlah
penerimaan usahatani kentang dan C = Cost dengan teknologi konservasi teras bangku tipe
(biaya) = jumlah semua biaya produksi = A lebih baik dari tipe B.
biaya variabel usahatani kentang (biaya benih, Faktor yang diperkirakan memengaruhi
pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida,
produksi kentang adalah luas lahan, benih, tenaga kerja luar keluarga dan biaya lainnya)
+ biaya tetap (biaya sewa lahan dan biaya tenaga kerja, pupuk anorganik, pupuk organik,
pajak tanah) + bunga modal + biaya tenaga biaya pestisida, umur, lama usahatani,
kerja dalam keluarga. Apabila nilai BCR > 1, tanggungan keluarga, pendidikan petani, dan
maka usahatani tersebut layak untuk
kemiringan lahan. Identifikasi pengaruh
diusahakan .
masing-masing faktor produksi terhadap
B = —B
C
Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.)
119
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127
Teknologi
konservasi teras
bangku tipe A
Teknologi
konservasi teras
bangku tipe B
t-hitung
MK I (n=61) (n=142)
1 Benih (Kg) 1.950,92 1.508,12 114,06**
2 Tenaga Kerja luar keluarga
(HOK) 323,00 268,00 44,20**
3 Tenaga kerja dalam keluarga
(HOK) 138,00 115,00 18,26**
4 Pupuk Anorganik (Kg) 1.144,67 804,35 72,93**
5 Pupuk Organik (Kg) 18.074,85 12.764,49 66,97**
6 Pestisida Padat (Kg) 48,70 40,16 15,29**
7 Pestisida Cair (Kg) 11,86 10,09 16,72**
8 Produktivitas (Kg) 17.455,07 15.944,38 40,08**
MK II (n=61) (n=142)
1 Benih (Kg) 1.990,75 1.508,12 61,94**
2 Kerja luar keluarga (HOK) 351,00 264,00 44,20**
3 Tenaga kerja dalam keluarga
(HOK) 150,00 113,00 62,58**
4 Pupuk Anorganik (Kg) 1.266,19 812,99 46,10**
5 Pupuk Organik (Kg) 19.668,30 13.883,83 60,53**
6 Pestisida Padat (Kg) 59,58 42,90 43,06**
7 Pestisida Cair (Kg) 10,86 11,51 6,38**
8 Produktivitas (Kg) 16.497,80 15.699,50 26,11**
MH (n=61) (n=142)
1 Benih (Kg) 1.946,41 1.520,05 62,62**
2 Kerja luar keluarga (HOK) 331,00 267,00 46,10**
3 Tenaga kerja dalam keluarga
(HOK)
142,00 114,00 19,76**
4 Pupuk Anorganik (Kg) 1.268,87 809,40 70,34**
5 Pupuk Organik (Kg) 17.056,82 12.824,74 52,69**
6 Pestisida Padat (Kg) 42,25 46,26 9,91**
7 Pestisida Cair (Kg) 10,70 7,50 34,71**
8 Produktivitas (Kg) 17.638,40 15.364,47 61,78**
Tabel 1. Penggunaan faktor produksi rata-rata per hektar dan produktivitas usahatani kentang
berdasarkan musim tanam dan konservasi lahan (teras bangku) di Dataran Tinggi Dieng,
Kabupaten Wonosobo
Sumber: Hasil analisis data primer, 2008.
Keterangan: ** = nyata pada a: 1%, t-tabel a : 1% = 2,57, MH = Musim Hujan (Desember 07/
Januari 07 - April 07 /April 07), MKI = Musim Kemarau I (April07/Mei 07 - Juli 07/
Agustus 07), MK II = Musim Kemarau II (Agustus 07/September 07 - Desember 07/
Januari 08), Tipe A = Teknologi konservasi teras bangku terbuat dari tanah diperkuat
batu, dan Tipe B = Teknologi konservasi teras bangku terbuat dari tanah tanpa
diperkuat batu.
120
produk dilakukan dengan uji t terhadap klasik keheteroskedastisan menunjukkan bahwa
koefisen regresi pada model analisis yang terdapat gejala keheteroskedastisan, sehingga
digunakan. Fungsi produksi yang digunakan model diperbaiki dengan menggunakan model
adalah fungsi produksi Cobb Douglas, seperti White Heteroskedasticity.
tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis regresi pada
Nilai Jarque-Bera sebesar 4,278, Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai R² sebesar
dengan probabilitas 0,13 > 0,05, sehingga 52,72%. Hal ini menunjukkan bahwa 52,72%
asumsi kenormalan terpenuhi. Hasil pengujian keragaman variabel dependen dijelaskan oleh
kemultikolinearan menunjukkan bahwa tidak keragaman variabel independen dalam model.
terdapat kemultikolinearan pada model. Hasil Hasil perhitungan didapatkan Fhitung >
pengujian terhadap penyimpangan asumsi Ftabel (47,24 > 1,15), sehingga variabel (a=1%)
Variabel Koefisien
Regresi
Standar Eror t-hitung Prob.
C 7,3281*** 0,2344 31,259 0,0000
ln(LLHN) -0,0322*** 0,0073 -4,3963 0,0000
ln (BBT) 0,1138*** 0,0266 4,2762 0,0000
ln (TK) 0,0551*** 0,0125 4,4056 0,0000
ln (PPKANOR) 0,0219*** 0,0089 2,4543 0,0144
ln (PPKOR) 0,0819*** 0,0109 7,4963 0,0000
ln (BPEST) 0,0227*** 0,0069 3,2845 0,0011
ln (KEMLHN) 0,0005ns 0,0043 0,1137 0,9095
ln (LUT) 0,0387*** 0,0081 4,7503 0,0000
ln (UMUR) -0,0608*** 0,0258 -2,3505 0,0191
ln (PEDKAN) 0,0284*** 0,0162 1,7574 0,0794
ln (TKEL) -0,0318*** 0,0106 -2,9924 0,0029
DMUSIM2 0,0088ns 0,0097 0,9050 0,3658
DMUSIM1 0,0209*** 0,0104 2,0064 0,0453
DKONSV 0,0060ns 0,0102 0,5895 0,5557
Jarque-Bera 4,8857
Probabilitas 0,0869
R2 0.5393
F-statistic 48.7478
Sumber: Analisis data primer, 2008.
Keterangan: *** = nyata pada a: 1%, ns = tidak nyata, C = konstanta, LLHN = luas lahan (ha),
BENIH = benih kentang (kg), TK = tenaga kerja (HOK), PPKANOR = pupuk
anorganik (kg), PPKORG = pupuk organik (kg), BPEST = biaya pestisida (Rp),
KEMLHN = kemiringan lahan (%), LUT = lama usahatani (tahun), UMUR = umur
petani (tahun), PEDKAN = pendidikan petani (tahun), TKEL = tanggungan keluarga
petani (jiwa), DMUSIM1 = variabel boneka musim tanam 1 (MK I), DMUSIM2 =
variabel boneka musim tanam 2 (MK II), dan DKONSV = variabel boneka teknik
konservasi.
Tabel 2. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglass (White Heteroskedasticity) pada usahatani
kentang di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo
Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.)
121
independen secara bersama-sama berpengaruh akan menaikkan produk 0,11%. Penggunaan
nyata terhadap produktivitas. Penjelasan benih oleh petani masih dapat ditingkatkan
pengaruh masing-masing variabel independen karena para petani umumnya menggunakan
terhadap produk kentang sebagai berikut. jarak tanam 30 cm x 70 cm. Peningkatan poLuas
Lahan pulasi tanaman per hektar dengan jarak tanam
Koefisien regresi luas lahan sebesar dapat lebih dirapatkan lagi menjadi 60 cm x 30
–0,0322, hasil uji t nyata pada tingkat cm. Benih yang digunakan pada umumnya
kepercayaan 99%, berarti bahwa setiap berkualitas rendah, 45% petani masih
penambahan luas lahan sebesar 1% akan me- menggunakan benih yang berasal dari produk
nurunkan produk sebesar 0,03%. Kesuburan yang dihasilkan. Selebihnya, benih berasal dari
dan produktivitas lahan usahatani kentang di kelompok tani dan penangkar benih lokal.
Dataran Tinggi Dieng semakin tahun semakin Rata-rata penggunaan benih sebesar 1.563,39
menurun. Hal ini ditunjukkan dengan peng- kg/hektar per musim. Menurut Undang et al.
gunaan pupuk organik dan anorganik dalam (2003), pengelolaan lahan pada budidaya
jumlah cukup besar. Pada tahun 1990, sayuran dataran tinggi umumnya sederhana
produksi kentang per hektar dapat mencapai 26 dan tradisional, dicirikan oleh penggunaan
ton per hektar (BPS Wonosobo, 1991). Pada bibit atau benih yang kurang bermutu sehingga
saat ini, produktivitas hanya 16 ton per hektar. produktivitasnya semakin menurun.
Teknik konservasi tanah yang baik dan Tenaga Kerja
benar belum dilakukan pada budidaya sayuran Koefisen regresi tenaga kerja sebesar
dataran tinggi sehingga kehilangan tanah 0,0551 berpengaruh nyata (pada a= 1%) dan
(erosi) dari lahan pertanaman terus terjadi. positif, berarti setiap peningkatan tenaga kerja
Erosi tanah membawa sejumlah unsur hara sebesar 1% akan menaikkan produk sebesar
dari dalam tanah, menyebabkan berkurangnya 0,06%. Rata-rata penggunaan tenaga kerja
tingkat kesuburan tanah (Undang et al., 2003). sebesar 357 HOK per hektar. Penambahan
Penurunan kesuburan tanah disebabkan tenaga kerja masih dapat meningkatkan
erosi tanah yang tinggi pada saat musim hujan. produktivitas, terutama tenaga kerja untuk
Terjadinya erosi tanah disebabkan lahan untuk pemeliharaan tanaman. Sebagian besar tenaga
usahatani kentang pada umumnya mempunyai kerja untuk pemeliharaan tanaman masih
kemiringan lebih dari 35%, bahkan ada yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Hasil
di atas 90%. Walaupun lahannya kritis, petani penelitian Istih (2004) menunjukkan bahwa
tetap berupaya menanam dan tetap dapat varaiabel frekuensi kerja tidak berpengaruh
berproduksi, karena dipacu pupuk kandang dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja pada
pupuk kimia dalam dosis besar. Tingkat erosi usahatani kentang. Hal ini menunjukkan bahwa
sudah mencapai 10,7 mm/tahun atau rata-rata bertambah atau berkurangnya jam kerja yang
sebesar 161 ton/hektar/tahun (Tim Kerja dicurahkan tidak akan mengakibatkan bertamPemulihan
Dieng, 2007). bah atau berkurangnya pekerja.
Benih Pupuk Anorganik
Koefisien regresi benih sebesar 0,1138, Koefisen regresi pupuk anorganik
nyata pada tingkat kepercayaan 99%, yang sebesar 0,0219, berpengaruh nyata (pada a=
berarti bahwa setiap penambahan benih 1% 1%) dan positif, berarti bahwa setiap kenaikan
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127
122
penggunaan pupuk anorganik sebesar 1% akan positif. Artinya, bahwa setiap peningkatan
menaikkan produktivitas tanaman kentang penggunaan pupuk organik 1% akan meningsebesar
0,02%. Hal ini menunjukkan bahwa katkan produktivitas tanaman kentang sebesar
tingkat kesuburan tanah untuk usahatani 0,08%. Rata-rata penggunaan pupuk organik
kentang sudah sangat rendah. Kondisi ini sebesar 14.704,13 kg per hektar. Walaupun
dibuktikan penggunaan pupuk organik untuk penggunaan pupuk organik sudah cukup
usahatani kentang cukup banyak yaitu banyak, tetapi penambahan penggunaan pupuk
mencapai 854,84 kg per hektar per musim organik masih meningkatkan produktivitas.
tanam. Hasil penelitian Fariyanti et al. (2007), Hal ini disebabkan lahan usahatani sudah
menunjukkan bahwa petani kentang di terdegradasi karena sering terjadi erosi tanah
Pengalengan Bandung menggunaan pupuk yang berlebihan, sehingga kesuburan tanahnya
anorganik (TSP dan KCl) dalam jumlah besar semakin tahun semakin menurun. Oleh karena
karena tingkat kesuburan tanah yang semakin itu, penambahan penggunaan pupuk organik
menurun. masih dapat meningkatkan produksi.
Dampak kebijakan promosi berupa Biaya Pestisida
perbaikan sistem distribusi pupuk berpotensi Koefisen regresi biaya pestisida sebesar
menurunkan biaya pupuk per hektar per musim 0,0227, berpengaruh nyata (pada a = 1%) dan
pada usahatani kentang di Karo (Sumatera positif. Artinya bahwa setiap peningkatan
Utara) dan Tabanan (Bali), masing-masing penggunaan biaya pestisida 1% akan meningRp1,37
juta dan Rp0,44 juta, usahatani katkan produktivitas tanaman kentang sebesar
bawang merah di Majalengka (Jawa Barat) 0,02%. Rata-rata penggunaan biaya pestisida
Rp0,21 juta, usahatani jeruk di Karo (Sumatera sebesar Rp5.201.404,12 kg per hektar.
Utara) Rp4,03 juta, dan usahatani mangga di Tanaman kentang merupakan tanaman yang
Majalengka (Jawa Barat) Rp1,56 juta. mudah terserang organisme pengganggu
Sementara itu, pelonggaran impor bibit tanaman, sehingga diperlukan pestisida dalam
kentang varietas French Fries dan Atlantik jumlah banyak, terutama pada saat musim
diharapkan akan meningkatkan produksi dan hujan, tanaman mudah layu terserang jamur
ekspor hasil olahan keripik kentang. dan lalat daun.
Penggunaan pupuk anorganik terus me- Pestisida biorasional Phrogonal (866)
ningkat dalam upaya meningkatkan produksi mampu menggantikan peranan pestisida
pangan (padi, palawija, dan hortikultura). sintetik Pyrethroid 2.5 EC 0,2% dalam
Namun demikian, dicabutnya subsidi harga mengendalikan lalat pengorok daun L.
pupuk oleh pemerintah menyebabkan pupuk huidobrensis, menekan kerusakan tanaman
anorganik sulit diperoleh dan harganya mahal. yang diakibatkannya, dan menghindarkan
Untuk mengatasi hal itu, maka penggunaan kerugian hasil kentang akibat serangannya
pupuk anorganik harus efisien, baik pupuk (Suryaningsih, 2006).
majemuk NPK maupun pupuk tunggal Beberapa hasil penelitian menunjukkan
(Koswara, 2007). bahwa, pemakaian pestisida telah meluas pada
Pupuk Organik beberapa komoditas pertanian, salah satunya
Koefisen regresi pupuk organik sebesar komoditas kentang. Pada tanaman kentang
0,0819, berpengaruh nyata (pada a= 1%) dan perlakuan insektisida dan fungisida sangat
Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.)
123
intensif, karena tanaman tersebut sangat peka bertambah umur petani pada batas tertentu,
terhadap serangan hama dan patogen. Umum- semakin tidak produktif dalam mengelola
nya penyakit-penyakit utama yang banyak usahatani kentang. Umur berhubungan dengan
menyerang tanaman kentang di Batu Malang produkstivitas yang dihasilkan oleh petani.
adalah penyakit busuk daun Phythophthora Umur petani berkisar antara 22 tahun sampai
infestans (Mont.) de Barry, sedangkan hama 70 tahun, dengan rata-rata 40,87 tahun.
utamanya golongan ulat dan kutu Thrips sp Persentase tertinggi petani kentang berada pada
(Humaidi et al., 2000). kelompok umur antara 25 - 40 tahun yaitu
Kemiringan Lahan sebanyak 51,23% (104 orang) selanjutnya
Usahatani kentang di Dataran Tinggi kelompok umur 41 - 55 tahun, yaitu sebanyak
Dieng dilaksanakan pada ketinggian 1200 39,41% (80 orang). Umur merupakan salah
sampai 2300 m dpl, sehingga tanaman kentang satu indikasi yang menentukan kemampuan
ditanam pada kemiringan dari mulai 1% seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan.
hingga 142%. Koefisen regresi kemiringan Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan
lahan sebesar –0,0685, dan tidak berpengaruh petani cenderung meningkat sesuai dengan
nyata terhadap produktivitas kentang. Hal ini bertambahnya umur.
mungkin disebabkan terlalu tinggi keragaman Hasil penelitian Istih (2004), pada
antara kemiringan lahan petani satu dengan usahatani kentang di Probolinggo, variabel
petani yang lain. umur tidak berpengaruh nyata pada taraf
Lama Usahatani kepercayaan 90%, tetapi berpengaruh nyata
Koefisien regresi lama usahatani pada taraf kepercayaan 70%. Hal ini
0,0387, berpengaruh nyata (pada a = 1%) dan menunjukkan bahwa umur pekerja tidak
positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menambah atau mengurangi kemampuan atau
lama berusahatani, akan semakin berpengalam- produktivitas dari perkerja. Hal ini disebabkan
an dalam mengelola usahataninya, sehingga penghargaan tenaga kerja di daerah penelitian
produktivitas yang dihasilkan juga akan lebih masih relatif murah, sedangkan produktivitas
tinggi. Budidaya tanaman kentang, memerlu- pengukurannya masih berdasarkan upah dibagi
kan pengelolaan yang spesifik, yang disebab- jumlah jam kerja produktif.
kan antara lain: (1) usahatani tanaman kentang Pendidikan Petani
adalah usahatani yang padat modal dan (2) Koefisien regresi pendidikan petani
tanaman kentang berasal dari daerah sub tropis sebesar 0,0284, berpengaruh nyata (pada a=
sehingga banyak kendala dalam pertumbuhan- 5%) dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa
nya. semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
Umur Petani baik dalam mengelola usahatani. Budidaya
Koefisien regresi umur petani sebesar kentang merupakan budidaya padat modal dan
–0.0608, hasil uji t terhadap terhadap koefisien cukup sukar dalam pemeliharaan tanaman,
regresi umur petani menunjukan bahwa umur sehingga diperlukan keahlian dalam budidaya
petani berpengaruh nyata (pada a= 1%) dan kentang. Pendidikan formal lebih tinggi
negatif terhadap produktivitas tanaman dengan pengalaman usahatani kentang akan
kentang. Hal ini menunjukkan semakin menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 115-127
124
Tingkat pendidikan pekerja pada pendidikan relatif rendah sehingga keterampilusahatani
kentang di Probolinggo tidak an mereka juga relatif rendah (Istih, 2004).
berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Tanggungan Keluarga Petani
Tinggi rendahnya pendidikan tidak akan Tanggungan keluarga petani rata-rata
mengakibatkan produktivitas bertambah atau sebanyak empat jiwa, yang tertinggi sebanyak
berkurang. Di daerah penelitian, tingkat sembilan orang dan terendah sebanyak satu
Sumber: Hasil analisis data primer, 2008.
Keterangan: *** = nyata pada a : 1%, t-tabel á : 1% = 2,57, MH = Musim Hujan (Januari 07/
Pebruari 07 - April 07 /April 07), MKI = Musim Kemarau I (April07/Mei 07 -
Juli 07/Agustus 07), MK II = Musim Kemarau II (Agustus 06/September 06 -
Desember 07/Januari 08), Tipe A = teknologi konservasi teras bangku terbuat dari
tanah diperkuat batu, dan Tipe B = teknologi konservasi teras bangku terbuat dari
tanah tanpa diperkuat batu.
Tabel 3. Perbedaan pendapatan usahatani kentang per hektar per musim tanam dan konservasi
lahan teras bangku di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo
Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi ... (Kusmantoro E.S.)
125
orang. Koefisien regresi tanggungan keluarga dengan usahatani di musim kemarau 1 (MK I)
sebesar -0,0318, berpengaruh nyata (pada a= dan musim hujan (MH). Usahatani tanaman
1%) dan negatif terhadap produk. Tanggungan kentang pada musim kemarau 1 (MK I)
keluarga yang cukup banyak tentunya akan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi
membebani petani dalam hal pengeluaran karena pada musim ini kondisi suhu tidak
rumah tangga tani. Biaya produksi akan terlalu dingin (tidak ada “embun upas”),
berkurang karena digunakan untuk membiayai ketersediaan air juga cukup.
keluarganya. Semakin besar jumlah anggota Hasil perhitungan analisis finansial
rumah tangga petani yang berusia produktif usahatani berdasarkan tipe teras dan berdasarsemakin
besar potensi sumberdaya tenaga kerja kan musim seperti tersaji pada Tabel 3.
manusia yang tersedia. Sebaliknya, semakin Tabel 3 menunjukkan bahwa keuntungbesar
jumlah anggota rumah tangga bukan usia an usahatani kentang tertinggi tercapai pada
produktif semakin besar beban rumah tangga musim hujan (MH) dan pada lahan dengan
dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dan teknik konservasi teras bangku yang diperkuat
kebutuhan hidup lainnya. Hasil penelitian Istih batu (tipe A). Biaya tertinggi tercapai juga
(2004), menunjukan hal yang berbeda, bahwa pada musim hujan pada lahan dengan teras
jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh bangku tipe A. Usahatani kentang di Dataran
nyata terhadap produktivitas atau banyaknya Tinggi Dieng secara finansial menguntungkan.
jumlah keluarga tidak akan menambah atau Petani kentang di daerah penelitian,
mengurangi produktivitas. berladang kentang dengan luas efektif 0,21 ha
Dummy Musim Tanam dengan jarak tanam 20 x 60 cm atau 40 x 70
Hasil uji t terhadap variabel boneka cm. Oleh karenanya jumlah populasinya adalah
musim tanam kemarau 1 (MK I) tidak ber- 1.155 rumpun tiap hektar. Waktu yang dibupengaruh
nyata terhadap produktivitas kentang. tuhkan dari penanaman sampai panen sekitar
Keadaan ini disebabkan musim kemarau sering 3,5 bulan. Produktivitas rata-rata 10.337,84
terjadi kekeringan atau tanaman kentang keku- kg/ha. Biaya produksi yang diperlukan adalah
rangan air. Oleh karena kekurangan air, maka Rp19.230.600,00/ha dengan rataan harga yang
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, diterima Rp2.900,00/kg maka penerimaan total
sehingga produktivitas juga akan menurun. adalah Rp29.979.000,00/ha/thn.
DAFTAR PUSTAKA
Just, R.E. and R.D. Pope. 1979. Production
Function Estimation and Related Risk Abdurachman, A. , A. Dariah, dan A. Consideration. American Journal of Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi Agricultural Economics 6(2):488-504.
Pengelolaan Lahan Kering Mendukung
Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Kadariah. 2000.
Pengantar Evaluasi Proyek.
Litbang Pertanian 27(2):43-49. FE-UI, Jakarta.
BPS Kabupaten Wonosobo. 2008. Kabupaten Koswara. 2007. Teknik Pengamatan
Wonosobo dalam Angka, 2007. Badan Penggunaan Pupuk Anorganik Majemuk
Pusat Statistik Kabuapten Wonosobo.
skripsi konvensional teknologi pertanian wonosobo